A.
Ciri-Ciri I'rob
1.
Rofa
)لِلرَّفْعِ أَرْبَعُ عَلاَمَاتٍ الضَّمَةُ
وَالوَاوُ وَالأَلِفُ وَالنُّونُ(.
"I'rob rofa mempunyai empat ciri,
yaitu: dlomah, wawu, alif dan nun.
a. Dlomah
)فَاَمَّا الضَّمَّةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً للرَّفْعِ
فِى أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ فِى الإِسْمِ المُفْرَدِ وَجَمْعِ التَّكْسِيْرِ
وَجَمْعِ المُؤَنَّثِ السَّالِمِ وَالفِعْلِ المُضَارِعِ الّذِى لَمْ يَتَّصِلْ
بِأَخِرِهِ شَيْءٌ(.
"Adapun dlomah dia menjadi ciri bagi
i'rob rofa di dalam empat tempat; pada isim mufrod, jama taksir, jama muannats
salim, dan pi’il mudlori yang di akhirnya belum bersambung dengan apapun".
Maksudnya: Dlomah menjadi tanda i'rob rofa di
dalam empat tempat, yaitu:1). Isim mufrod 2). Jama taksir 3). Jama muannats
salim dan 4). Fi'il mudlori yang belum dimasuki apa-apa.
1. Isim
Mufrod, yaitu:
كُلُّ كَلِمَةٍ تَدُلُّ عَلَى وَاحِدٍ.
"Setiap kata yang menunjukan pada
satu".
Contoh: الأُسْتَاذُ ( seorang guru ), الرَّجُلُ (seorang lelaki), الوِسَادَةُ (sebuah
bantal).
“Seorang
guru mengajar murid-murid
|
يُعَلِّمُ الأُسْتَاذُ الطُّلاَّبَ
|
|
"Seorang lelaki berlangganan koran
|
اِشْتَرَكَ الطُّلاَّبُ فِى الجّرَائِدِ
|
|
"Sebuah bantal dijual di pasar-pasar
|
تُبَاعُ الوِسَادَةُ فِى السُّوْقِ
|
2. Jama
Taksir, yaitu:
مَاتَغَيَّرَ فِيْهِ صُوْرَةُ المُفْرَدِ.
"Jama yang dibentuk dengan cara
merubah bentuk mufrodnya".
Contoh: رِجَالٌ yang berasal dari kata mufrod رَجُلٌ , اَيْدٌ
yang berasal dari kata mufrod يَدٌ , كُتُبٌ yang berasal dari kata mufrod كِتَابٌ , قُلُوبٌ yang berasal dari kata mufrod قَلْبٌ .
3. Jama
muannats salim, yaitu:
مَا زِيْدَ عَلَى اَخِرِ مُفْرَدِهِ اَلِفٌ وَتَاءٌ
" suatu kata yang diakhir mufrodnya ditambah
alip ( ا ) dan ta ( ت )".
Contoh: سَبُّوْرَاتٌ, مُجْتَهِدَاتٌ, فَاطِمَاتٌ, عَجَلاَتٌ
4. Fi'il
mudlori yang belum dimasuki apa-apa, yakni belum dimasuki alip tasniyah, wawu
jamak dan ya mufrodah muannats mukhothobah. Contoh:
- يَنْصُرُ - تَنْصُرُ - أَنْصُرُ _
نَنْصُرُ
- يَجْتَمِعُ - تَجْتَمِعُ - اَجْتَمِعُ - نَجْتَمِعُ
b. الوَاوُ ( و ).
)وَاَمّا الوَاوُفَتَكُوْنُ عَلاَمَةً
لِلرَّفْعِ فِى مَوْضِعَيْنِ فِى جَمْعِ المُذَكَّرِ السَّالِمِ وَفِى الأِسْمَاءِ
الخَمْسَةِ وَهِيَ أَبُوْكَ وَاَخُوْكَ وَحَمُوْكَ وَفُوْكَ وَذُوْ مَالٍ(
"Adapun wawu, ia menjadi tanda bagi
i'rob rofa di dalam dua tempat; pada jama mudzakar salim dan isim lima yaitu: أَبُوْكَ, اَخُوْكَ, حَمُوْكَ , فُوْكَ , dan ذُوْ مَال".
Maksudnya: Wawu ( و ) menjadi ciri bagi I'rob Rofa pada dua
tempat, yaitu pada:
1. Jama
mudzakar salim, yaitu:
مَازِيْدَ عَلَى آخِرِ مُفْرَدِهِ وَاوٌ
وَنُوْنٌ اَوْ يَاءٌ وَنُوْنٌ.
"Kata yang di akhir mufrodnya
ditambahkan wawu dan nun atau ya' dan nun".
Contoh:
جَاءَ المُسْلِمُوْنَ رَأَيْتُ المُسْلِمِيْنَ سَلَّمْتُ
عَلَى المُسْلِمِيْنَ
Materi yang suka dijadikan jama mudzakar
salim ada dua yaitu: a). Isim jamid dan b). Isim Sifat.
a).
Isim Jamid
Syarat membentuk jamak mudzakar salim dari
isim jamid adalah harus dari nama mudzakar yang berakal, tidak memakai ta
tanits dan bukan tarkib majzi. Contoh yang memenuhi syarat tersebut seperti
kata مُحَمَّدٌ
dan kata بَكْرٌ .
Sedangkan seperti kata رَجُلٌ ( isim jinis ), هِنْدٌ ( nama perempuan ), لاَحِقٌ (
nama kuda ), طَلْحَةٌ (
nama mudzakar yang memakai ta taints ), سِبَوَيْهِ ( tarkib majzi ), semuanya tidak boleh
dijadikan jama mudzakar salim.
b).
Isim sifat
Syarat membentuk jama mudakar salim dari isim
sifat adalah harus terdiri dari sifat bagi mudzakar yang berakal, tidak
memakai ta taints, bukan wazan فَعْلاَءُ – أَفْعَلُ ,
bukan wazan فَعْلَى – فَعْلاَنُ dan bukan
merupakan sifat yang sama penggunaannya bagi mudzakar dan muannats.
Contoh yang memenuhi syarat:
نَاصِرٌ (yang
menolong) - مُجْتَهِدٌ (yang giat) -
مُسْلِمٌ (yang
muslim)
Adapun seperti kata :
حَائِضٌ(sifat bagi wanita), سَابِقٌ (sifat bagi kuda), عَلاَّمَةٌ (
sifat yang berta ta’nits), بَيْضَاءُ – اَبْيَضُ (sifat yang berwazan فَعْلاَءُ – أَفْعَلُ), كَسْلَى – كَسْلاَنُ (sifat yang berwazan فَعْلَى – فَعْلاَنُ), صَبُوْرٌ, جَرِيْحٌ (sifat
yang sama baik bagi mudzakar atau muannats), semuanya tidak bisa di bentuk
menjadi jama mudzakar salim.
2. الاَسْمَاءُ
الخَمْسَةِ (isim lima).
الاَسْمَاءُ الخَمْسَة ِ
(isim lima) yaitu: اَبٌ (bapak), أَخٌ (saudara laki-laki), حَمٌ
(paman), فُ
(mulut), ذُوْ
(yang berarti mempunyai). Semuanya harus diidlopatkan baik pada
isim dlomir maupun pada isim dzohir, asalkan jangan diidlopatkan pada ya
mutakallim (ياء المتكلم ).
Contoh:
اَبُوْكَ, أَبُوكُمَا, اَبُوْكُمْ, أَبُوْكِ,
أَبُوكُمَا, أَبُوكُنَّ, أَبُوْهُ, اَبُوهُمَا, أَبُوهُم, أَبُوهَا, اَبُوهُمَا,
أَبُوهُنَّ.
اَخُوكَ, اَخُوكُمَاو اَخُوكُم, اَخُوكِ, اَخُوكُمَا,
اَخُوكُنَّ, اَخُوهُ, اَخُوهُمَا, اَخُوهُمْ ,اَخُوهَا, اَخُوهُنَّ, اَخُونَا.
حَمُوكَ, فُوكَ
أَبُوبَكْرٍ, اَخُو مُحَمَّدٍ, حَمُو
مُحَمَّدٍ, فُو بَكْرٍ, ذُومَالٍ.
Catatan:
kata ذُو hanya bisa diidlopatkan kepada isim dzohir
yang nakiroh.
c. Alip ( ا ).
)وَاَمَّا الاَلِفُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً
لِلرَّفْعِ فِى تَثْنِيَةِ الأَسْمَاءِ خَاصَّةً(
"Adapun
alip ia menjadi ciri bagi i'rob rofa hanya pada isim tasniyah saja".
Alip menjadi ciri bagi i'rob
rofa hanya pada satu tempat yakni pada isim tasniyyah. Isim
tasniyah adalah:
كُلُّ كَلِمَةٍ تَدُلُّ عَلَى اثنَيْنِ
بِزِيَادَةِ اَلِفٍ وَنُونٍ اَوْ يَاءٍ وَنُوْنٍ.
"Setiap kata yang menunjukan kepada
dua dengan cara menambah alip dan nun (dalam keadaan rofa) atau ya dan nun
(dalam keadaan nashab dan khofadz)".
Contoh: الوَالِدَانِ , المُسْلِمَانِ , المَسْجِدَانِ dan sebagainya.
d. Nun
(ن )
)وَاَمَّا النُّوْنُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً
لِلرَّفْعِ فِى الفِعْلِ المُضَارِعِ اِذَا اتَّصَلَ بِهِ اَلِفُ التَّثْنِيَةِ
اَوْ وَاوُ جَمْعٍ اَو يَاءُ مُفْرَدَةٍ مُؤَنَّثَةٍ مُخَاطَبَةٍ(
"Adapun nun ia menjadi ciri bagi I'rob
rofa di dalam pi'il mudlori yang huruf akhirnya bersambung dengan alip tasniyah, wawu jama, atau ya mufrod muannats
mukhothob".
Maksudnya: Nun menjadi tanda bagi I'rob rofa
pada fi'il mudlori yang sudah dimasuki alip tasniyah, wawu jama, atau ya mufrod
muannats mukhothob. Fiil mudlori yang demikian suka disebut Fi'il Lima (اَفْعَالُ
الخَمْسَةِ ).
Bagikan
Ciri-Ciri I'rob Rofa' dan Contohnya [Ajurumiyah]
4/
5
Oleh
LM